Friday, 15 April 2016

Cara Menghadapi Dilema Dalam Mengambil Keputusan

Pengertian ‘dilema’ dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah situasi sulit yang mengharuskan orang menentukan pilihan antara dua kemungkinan yang sama-sama tidak menyenangkan atau tidak menguntungkan; situasi yang sulit dan membingungkan.
Contoh Dilema adalah:

Anda kerja mendapat gaji besar, namun jauh dari keluarga. Sementara itu ada salah satu keluarga anda (misal: anak) sangat memerlukan kedekatan dengan diri anda. Jika anda kerja jauh dan jarang pulang, maka anak anda akan sakit-sakitan karena memikirkan anda.Sementara itu, ada pekerjaan yang dekat dengan rumah anda namun gajinya kecil. Anda bisa kumpul keluarga setiap hari namun gaji anda tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga yang kiat meningkat.Itu adalah sebuah dilema.

Contoh lain dilema adalah ketika anda ingin mengambil suatu jurusan pada universitas yang berbeda. Sebut saja anda ingin mengambil jurusan pada universitas ‘A’ dengan Akreditasi A namun biaya kuliahnya tinggi. Namun, saat ini anda memiliki biaya untuk universitas ‘B’ dengan akreditasi yang lebih rendah dari A.

Menurut saya cara mengatasi dilema dalam mengambil keputusan adalah untuk memikirkan faktor-faktor yang tidak dapat diubah atau akan berakhir pada hasil yang negatif jika kita memilih keputusan yang salah. Seperti contoh yang pertama, jika anda memilih untuk berkerja jauh maka hubungan anda dengan anak akan jauh dan itu akan terjadi selama anda berkerja. Sehingga hubungan anda dengan sang anak akan merasa begitu jauh seiring dia dewasa.

Atau, cara lainnya adalah, pertama, meneliti alternatif pada permasalahan yang diketengahkan tidak sekedar dinyatakan, tetapi lebih dari itu. Pada masa lalu seorang pemimpin sering berkata: Pilihlah Soekarno atau biarlah negara ini hancur. Benarkan hanya Soekarno yang bisa menyelamatkan negara ini? Apakah tidak ada orang lain yang bisa menggantinya? Tentu saja ada, sehingga alternatifnya lebih dari dua.



Thursday, 14 April 2016

Manusia dan Penderitaan

Secara bahasa manusia berasal darkata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain).

Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologisrohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo Sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamaliayang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi yang, dalamagama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemukserta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok, dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.

Karena penderitaan dirasakan dan adalah sebuah perasaan dalam jiwa kita masing-masing maka kita harus tau apa itu ‘perasaan’.

Perasaan ialah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat subyektif.

Unsur-unsur perasaan adalah sebagai berikut
- Bersifat subyektif dari pada gejala mengenal
- Bersangkut paut dengan gejala mengenal
- Perasaan dialami sebagai rasa senang atau tidak senang, yang tingkatnya tidak sama.

Perasaan lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang dan berhubungan pula dengan gejala-gejala jiwa yang lain. Oleh sebab itu, tanggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu tidak sama dengan tanggapan perasaan orang lain, terhadap hal yang sama. Sebagai contoh ada 2 orang bersama-sama menyaksikan pementasan drama. Seorang diantaranya menganggapi pementasan para pameran tersebut dengan rasa kagum dan senang, singkatnya dia menilai penampilan pementasan drama itu sangat sempurna, tapi seorang yang lain menanggapi pementasan tersebut dengan acuh tak acuh, tampaknya pementasan itu biasa-biasa saja dan tidak menarik.
Karena adanya sifat subyektif pada perasaan inilah maka gejala perasaan tidak dapat disamakan dengan gejala mengenal, tidak dapat disamakan dengan fikiran dan sebagainya. Perasaan tidak merupakan suatu gejala kejiwaan yang terdiri sendiri, tetapi bersangkut paut dengan gejala mengenal. Kadang-kadang gejala perasaan diiringi oleh peristiwa mengenal dan sebaliknya pada suatu ketika gejala perasaan yang menyertai peristiwa mengenal.

Gejala perasaan bergantung pada:
- Keadaan jasmani, misal badan dalam keaadan sakit, perasaan mudah tersinggung dari pada badan dalam keadaan sehat dan segar.
- Pembawaan, ada orang yang pembawaan berperasaan halus, sebaliknya ada pula yang kebal perasaanya.
- Perasaan seseorang berkembang sejak ia mengalami sesuatu. Kadaan yang dapat memengaruhi perasaan dapat memberikan orak dalam perkembangan perasaan.

Perasaan selain bergantung kepada stimulus yang datang dari luar, perasaan juga bergantung kepada:
-       Keadaan jasmani individu yang bersangkutan.
-       Keadaan dasar individu. Hal ini erat hubungannya dengan struktur individu.
-       Keadaan individu pada suatu waktu atau keadaan yang temporer seseorang.

Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat ada juga yang ringan. Namun, peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain.

Contoh simple penderitaan yang mungkin dapat kita lihat pada waktu ini adalah penderitaan yang dirasakan oleh warga luar batang yang direlokasikan karena adanya proyek reklamasi yang akan di jalankan. Mereka yang telah tinggal bertahun-tahun hingga berpuluh-puluh tahun tinggal di daerah satu harus pindah ke rumah susun yang memiliki kamar kecil. Kesedihan yang mendalam dan kekecewaan tidak dapat berbuat apa-apa adalah sebuah penderitaan bagi warga tersebut.